skip to main | skip to sidebar

Selasa, 13 Desember 2011

CERPEN

Masih Adakah Cinta Di Hatimu?
 Oleh      : Eva dwi wulan sari
Tanggal  : 22 – 11 - 2011
SMAN 2 Tenggarong Seberang


            Senin 11.30
            Siang bangkit dari kehangatan pagi, seperti ular raksaksa menggeliat dan beranjak untuk memburu bayi – bayi domba, matahari yang semula bersahabat mulai memanasi atap – atap rumah, jalanan mulai mematuk pori – pori, terik matahari seakan memangang rongga – rongga kulitku, angin yang tak kunjung tiba membuat keringat ini jatuh bercucuran entah kenapa hati serasa gundah, pilu, resah mendesah menuju sang rasa jiwa, “ K.Dwi ijinkan lah aku bersamamu menemani mu dalam sepi yang mencekat relulung jiwamu,” fikiran itu tiba – tiba muncul dalam benakku.
            Aroma wangi dari tubuhmu tersibak angin, kau menatapku terpaku dari ruangan kerjamu, semakin membuatku salah tingkah ketika kau melihatku, sehingga membuat ku tersipu malu,  tiba – tiba muncul dalam anganku tentang kenagan yang menghimbauku untuk menengok kursi tua itu, letaknya tak jauh dari parkiran guru yang biasanya ramai saat anak – anak rehat dan sekedar nongkrong saat jam pelajaran kosong, pohon – pohonnya seperti masa lalu yang merentangkan tangan, aku tergoda untuk membelokkan langkah kesana. Bersejingkat mengingat masa lalu yang begitu menyejukkan prahara jiwaku saat aku dan dia masih bersama dalam menghadapi kenjamnya dunia, sekian bulam silam aku tak kunjung duduk bersanding dikursi tua ini bersamanya,
            Karena pada tanggal 19 – 11 - 2011 adalah hari kebahagian mu karena kau bertambah umur menjadi 24, tapi kau tak beranjak keluar dari ruang kerjamu, padahal aku disini menunggu mu , ditengah anak riuh pikuk dan hiruk pikuk untuk beranjak pulang, tiba – tiba ponsel ku bergetar, sebuah nomor yang tak asing lagi buatku, yaitu nomor K.Dwi bekedip gelisah, kutimang ponselku dengan gamang, aku hanya terdiam melihat ponselku dan tak sanggup untuk mengangkat telfonnya, karena ku tak kuasa mendengar suara lelaki itu hingga getaran ponselku pun berhenti, diam – diam ku cermati sosok K.dwi dari kejauhan, ia memakai seragam kerja yang bewarna coklat muda, tubuhnya pendek, berbadan kurus, berkulit sawo matang, hidungnya banggir, dan lengkukkan alis mata yang  indah, seketika itu ia tersenyum munggil padaku,
            Aku masih diam dan ragu, sambil menoleh dan menatap wajah temanku, air mataku jatuh berlinang membasahi pipi ini, tak tahu entah kenapa butiran bening itu mengalir begitu saja dari pelupuk mataku , “ ayolah jangan ragu! Bukankah kamu ingin memberi kue ini pada K.Dwi? ayolah bergegas kau pergi menemuinya sekarang?” sambil mengusap air mata ku dan memberi semangat kepada ku, aku pun segera berdiri dan berbalik kearah temanku, temanku memberikan seuntas senyuman munggil padaku seraya ia memberikan sebuah semangat. Nafasku makin berat aku beranjak berjalan perlahan keruang kerjanya, aku masuk perlahan keruangannya dengan mengucap salam
“Assalamualikum” seketika ia menoleh padaku dan menjawab
“ Waalaikum salam”,
“Umh apa yang adik bawa itu?” Tanyanya dengan sigap
“ ini kue buat kakak! Selamat ulang tahun ya kak, moga bertambahnya umur kakak ini, kakak diberi banyak rejeki, panjang umur, diberi kesabaran dalam menghadapi segala sesuatunya, dan tambah dewasa”
“ terimakasih ya atas ucapan dan kuenya,” terlontar dari bibir munggilnya,
“ ya kak sama – sama, dari tadi adik nunggu  tapi kakak ndak beranjak keluar dari ruangan ini,?” Tanya ku sigap,
“ maaf dik, tadi kakak sibuk banget banyak kerjaan, maaf sudah bikin adik lama nunggu ya,” dengan tampang memelas
“ ya ndak apa – apa”
Ku serah kan kue itu padanya, dan ia pun menerima kue pemberian ku  dan menaruhnya di meja kerjanya, ku memeluknya dengan erat, “ sungguh berat rasanya terpisah dengan mu, kapan kah kau biasa bersama ku lagi, menemaniku dalam suka maupun duka dalam menghadapi kejamnya sandiwara dunia, maafkan aku yang tak bisa menjaga jalinan cinta kita, aku hanya manusia biasa yang tak luput dari dosa dan khilaf, aku merasa hidup ini akan lebih lengkap jika kau berada disisiku,” rintihan dalam hati kecilku, dan segera ku melepas pelukan itu, dia hanya terdiam terpaku melihatku, ia seakan diam membisu atas kelakuaan ku.
             12.30
            Hari kian mulai memanas menebarkan keremangan yang membahur napas kesunyian, aroma sepi mulai menyebar ke setiap celah udara, berbondong – bondong angin mulai menjalankan tugasnya menyelimuti semesta putih seakan mengusir kegundahan hati ini yang semakin resah,
“ kak sesungguhnya aku tak ingin berpisah denganmu, ku ingin selalu bersamamu memadu kasih bersama untuk selamanya, masih adakah cinta dihatimu untukku?”
“ sebelumnya kakak minta maaf ya dik, sekali lagi maaf, …………..
Kakak telah menemukkan dambaan hati kakak yang baru, mungkin kisah kita memang telah berakhir namun jalinan persahabatan kita tak akan pernah berakhir walau ada badai sekalipun yang menerjang!” itu jawabnya sambil tertunduk lesu.
            Aku hanya diam membisu, gemuruh dalam dada menggumpal menyesakkan dan meresahkan, butiran – butiran bening dari pelupuk mataku menjatuhi pipiku, luka yang begitu dalam merasuk dalam kalbuku,  tiba – tiba kurasa kehangatan yang menyentuh pipi ku dan menghapus air mataku yang terus berlinang,
“ bukan kakak bermaksud untuk menyakiti adik, memberikan torehan luka di dalam hati adik, mungkin saat ini kita tak bisa untuk bersatu, namun suatu saat jika allah menghendaki kita berjodoh pasti allah akan mempersatukan kita kembali, sudah lah dik jangan menganggis terus, kakak semakin binggung melihat adik begini”
Ku lihat air bening di pelupuk mata K.Dwi, aku hanya terdiam merasakan gemuruh di dalam dada K.Dwi, goresan luka di sudut hati ku kembali terkoyak, tertoreh di dalam sudut perasaan ku saat mendengar kata tersebut, “empat bulan bukan waktu yang sebentar, terlalu banyak hal yang terjadi pada kita dan mestinya pertemuan saat ini adalah untuk berbagi cerita dan kita bisa bersatu kembali” rintihan dalam hatiku.
“ meski tak jarang bayang kakak tiba – tiba membangunkan tidurku dan menyerap ingatan tentang masalalu kita yang menjamah ketubuhku dan membuatku kesakitan tak terkira”, kata ku
“ dik, kakak tahu persaan yang adik rasakan saat ini, kakak ini sayang kepada adik melebihi apapun namun rasa sayang ini tak dapat untuk mempersatukan kita kembali, karena kakak ini sudah mempunyai pacar, mungkin ini sudah jalan takdir kita dik, kita berdoa kepada Allah supaya kita dapat dipersatukan kembali”,  jawab k.Dwi,
“ sebenarnya adik ndak rela jika kakak bersamanya, adik ingin kakak bersamaku untuk selamanya”
“ dik jika kita memang jodoh pasti kita akan bersatu lagi”
Terdengar k.dwi menghela napas panjang, perlahan gumpalan kesedihan yang menyesaki dadaku mulai mereda, namun hasrat untuk terus mengobrol  telah tak ada, maka sisa pertemuan ini pun berlalu begitu  saja.
            Kebekuan masih mengental, hingga ku minta diri dan beranjak pergi, namun K.Dwi menarik dan memeluk ku dengan erat hingga ku terhanyut dalam masalalu yang indah di saat ku bersamanya, bulu romaku kian menjamah keseluruh tubuhku, seakan memebuat ku tak ingin melepaskan pelukan hangatnya dan selalu berada di sampingnya,
“ dik jaga dirimu baik -  baik, kakak akan selalu mengawasi dan melindunggi mu di sekolah, jika takdir dapat mempersatukan kita jangalah adik menutup hati adik untuk kakak, kakak sayang sama adik melebihi apa pun yang ada didunia ini” terlontar kata dari mulutnya dan beranjak melepaskan pelukannya dan ia pun menggenganm erat tangan ku sambil menyakinkan aku, lalu mencium keningku
“ kak, adik akan selalu membuka hati ini sampai kapan pun untuk kakak, karena cinta adik hanya untuk kakak seorang, kakak tidak akan pernah tergantikan dihati adik”
“ terimaksih dik, tunggu kakak untuk dapat kembali dalam pelukkan adik untuk selamanya,”
“ iya kak” jawab ku
            13.00
            ”Kak adik pulang dulunya, adik akan selalu mengingat semua pesan kakak, semoga Allah senantiasa memberi kebahagiaan untuk kakak, doaku selalu menyertaimu kak,”
“ amien dik, terimaksih atas doanya”
“ ya kak” jawabku
“ hati – hati ya dijalan”
“ ya kak, kakak juga cepat pulang istirahat dirumah ya supaya tidak kecapekan”
“ ya adik, terimakasih ya atas perhatiaan adik ke kakak” sambil tersenyum sipu
“ ya kak”
Aku beranjak pergi dari ruangan kerjanya serasa semakin berat langkahku untuk meninggalkannya, kutinggalkan perguruan itu bersama temanku yang berada dibelakang ku.

0 komentar:

Posting Komentar