skip to main | skip to sidebar

Senin, 03 Oktober 2011

Cita-citaku.. Kepingin jadi guru!

Cita-citaku.. Kepingin jadi guru!

Cita-citaku, kepingin jadi dokter..
Cita-citaku, ingin jadi insinyur..
Cita-citaku, menjadi orang pinter..
Cita-citaku, ingin jadi presiden..

Mungkin Anda masih ingat lagu Susan tentang “cita-cita” itu, liriknya simple memang, tapi bisa kita lihat kalau cita-cita anak kecil [atau mungkin orang yang sudah bisa berpikir jauh sekalipun] umumnya ingin menjadi dokter, insinyur, dan biasanya ada juga yang mau jadi pilot, pramugari, dll. Lalu pernahkan Anda berpikir untuk menjadi seorang guru?

Jika saya harus menjawab pertanyaan itu, maka jawaban saya: TIDAK. Dari kecil, cita-cita saya adalah dapat menjadi seorang pramugari atau dokter. Kenapa pramugari?

Menurut saya pramugari itu pekerjaan yang keren, keren karena bekerja di dalam pesawat, keren karena bisa keliling dunia gratis, keren dengan bajunya yang membuat mereka terlihat anggun, dan masih banyak lagi hal keren lainnya. [Yah, walau alasan-alasan itu terlihat sekali khas anak kecil] :)
Lalu kenapa juga saya ingin menjadi dokter?

Waktu kecil, pekerjaan yang paling saya anggap mulia adalah seorang dokter. Hebat, karena dokter bisa menyembuhkan orang sakit. Sungguh terpuji dan mulia pekerjaan seorang dokter. Tapi setelah menginjak bangku sekolah dan mulai mempelajari IPA, ya Tuhan.. Menjadi dokter tidak mudah.. Susah sekali pelajaran yang akan menjadi makanan sehari-hari mereka. Semakin besar, semakin ada yang membuat saya menarik cita-cita saya itu, MAHAL. Ya, kuliah di kedokteran sangat mahal..  Bukan pesimis kawan, hanya saja saya hanya mencoba realistis. Dengan otak yang tidak jenius dan biaya yang terbatas, rasanya tidak mungkin..
Lantas seperti pada umumnya anak SMA yang masih ragu memutuskan jalan hidupnya di bangku kuliah, saya pun juga mengalami hal yang sama. Saya harus kuliah dimana? Ngambil jurusan apa?  Trus nanti bisa kerja apa? Itu semua saya alami saat masa-masa akhir saya di SMA. Sampai akhirnya saya memutuskan satu hal, mencoba daftar kuliah di Universitas keguruan di Jakarta. Bukan karena ingin jadi guru maka saya mendaftar di situ, melainkan karena itu adalah universitas negeri. Selain murah, yaa cukup bisa bersaing lah jika lulus nanti. Lagipula saya sama sekali tidak berniat menjadi guru saat itu.
Sampai akhirnya saya pun masuk dan menjadi mahasiswa di sana. Iseng-iseng saya pun bertanya pada teman sekelas saya kenapa ingin kuliah di kampus itu, lalu kenapa pula ingin menjadi guru? Dan begini jawabannya..
Dari kecil gw emang udah mau jadi guru, makanya kuliah di sini..
Kenapa mau jadi guru?  Jawaban gw cuma satu. Kita perempuan, kelak selain kita bekerja, kita juga berkewajiban untuk tetap menjadi ibu rumah tangga. Mengurus suami, anak, rumah.. Kalau kita kerja menjadi wanita karir, pulang ke rumah pasti sore/malam tiap hari kerja, lalu mana kesempatan untuk mengurus keluarga? Dengan menjadi guru, kita bisa tetap mengurus keluarga karena menjadi guru hanya kerja setengah hari saja..
Waww..
Itu komentar saya saat itu, sungguh saya tidak pernah terpikir sampai ke arah sana selama ini.  Tapi setelah saya pikir-pikir, ternyata pendapat teman saya itu ada benarnya juga. Tugas perempuan sejatinya adalah untuk menjadi ibu rumah tangga: mengurus suami, anak, keluarga, rumah. Kalaupun ada perempuan yang bekerja, tetap tidak boleh melupakan kewajibannya itu. Wah, saya jadi tidak menyesal dan justru bangga menjadi seorang guru.. :)
Apalagi ketika saya sempat bertanya dengan beberapa teman lelaki, dan mereka juga mengakui hal itu. Wah, makin bangga dengan profesi itu.. Bahkan tidak jarang dari beberapa lelaki yang saya kenal, mereka sekarang justru banyak mencari wanita yang berprofesi seorang guru sebagai calon pendamping mereka. Apa alasan mereka?
Jadi guru itu pekerjaan mulia. Guru bisa membuat manusia menjadi pintar, bahkan canggihnya guru juga memiliki andil besar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, dengan menjadi guru pasti dia akan bisa mengajar dan mendidik anak gw kelak dengan benar..
Maka dari itu, kita sebagai generasi mudah gak usah ragu dan malu untuk menjadi guru. Sampai kapanpun guru itu adalah pekerjaan mulia, dan gak kalah hebat serta “mapan”nya sama yang kerja di kantoran. Gak usah disebutin lagi alasan-alasan lainnya, pasti Anda sudah pada tau. Saya hanya mau menambahkan beberapa info tentang manfaat menjadi guru yang mungkin belum atau tidak Anda pikirkan selama ini..
Yah, memang sih guru zaman sekarang itu banyak juga yang justru “melenceng” dari tugasnya. Tapi ya itu semua balik lagi ke pribadi masing-masing. Selagi niat kita lurus karena Allah, gak bakal tuh kita jadi “melenceng” dari kewajiban sebagai guru. Kalau bukan kita yang nantinya bertugas untuk mendidik anak-anak Indonesia dengan benar, siapa lagi?(sumber)

0 komentar:

Posting Komentar